Kamis, 28 Maret 2013

Bermain Dengan Anak Sambil Bekerja

Sudah lama sekali ga nulis, jadi kangen!
Mau nulis apa yaaaa...mungkin tentang anak-anak aja ya, karena kebetulan aku sedang menemani mereka bermain nih!
Kalian pernah ga sih bingung membagi waktu antara : menemani anak bermain, dan menyelesaikan pekerjaan rumah...? PASTI PERNAH !!!
Nahhhhh......kali ini aku ingin berbagi tentang bagaimana caraku selama ini menemani anak-anak bermain, tapi pekerjaan rumah tidak terbengkalai alias juga selesai. Dan itu dilakukan secara bersama-sama.
Penasaran...??? cekidot friends.... :)

Sekitar 1,5 tahun yang lalu, aku resign dari perusahaan yang sudah menggajiku selama 11 tahun!  Ini semua kulakukan demi anak-anakku. Aku tidak ingin lagi melewatkan perkembangan anakku, terutama si kecil yang waktu itu masih berumur 4 bulan. Akhirnya, aku resmi jadi ibu rumah tangga. Hari pertama aku di rumah, yang kurasakan hanyalah perasaan lega dan senang, karena sudah terbebas dari rutinitas dan tekanan pekerjaan kantor. Yang ada hanyalah sukacita, karena bisa full-day bersama anak-anakku tercinta.

Tapi setelah berlalu sekitar 10 bulan aku mulai merasa keteteran, karena Rafael sudah semakin besar, banyak hal yang ingin dia tahu. Atau orang Jawa biasa menyebutnya nglethes! Jadi tidak bisa ditinggal, karena berbahaya untuk keselamatannya, dan keselamatan barang-barang di rumahku. hehehe....

Sedangkan Livia sudah SD, sudah mulai banyak kemauannya. Bermain di sekolah dirasakan masih kurang, sehingga pada waktu di rumah, terutama hari libur, dia akan menuntut mamanya ikut serta dalam permainannya. Kalau Rafa sih hanya ikut-ikutan saja dengan kakaknya. Akhirnya pekerjaan rumah banyak yang tidak tersentuh gara-gara aku mulai bingung mengatasi mereka. Sempat stress juga sih...tapi setelah kupikir-pikir lagi, ini adalah keputusanku untuk menemani mereka di rumah, jadi aku harus cari solusi!

Seperti yang tercantum dalam pelajaran IPS Livia, di rumah anak-anak mempunyai 3 hak utama yang harus dipenuhi orangtuanya. Pertama, hak mendapatkan pendidikan. Kedua, hak untuk bermain. Ketiga, hak untuk didengarkan pendapatnya. Sebagai orangtua, memenuhi hak mereka adalah kewajiban yang harus dilaksanakan. Lalu, bagaimana caranya memenuhi itu semua...? Menyekolahkan mereka, itu sudah pasti. Tapi yang akan saya bahas disini adalah ketika mereka sedang di rumah dan menuntut itu semua dipenuhi secara bersamaan.

Sebagai anak kecil, mereka tentunya menuntut hak mereka untuk waktu bermain. Karena masih kecil, sang mama pasti menjadi sasaran untuk diajak terlibat dalam permainan mereka. Awalnya aku nurut saja ikut bermain dengan mereka, tapi akibatnya...pekerjaan rumahku menumpuk sampai segunung! Waduuuhhhhh...pusiiiiiiiiinngggggg...!!!!!!

Aku mulai berpikir keras...bagaimana caranya ya, supaya semuanya bisa terpenuhi? Keinginan anak untuk bermain bisa terpenuhi, aku bisa menemani dan mengawasi mereka...tapi pekerjaan rumahku juga bisa selesai. Awalnya semua itu terasa tidak mungkin dilakukan bersama-sama. Tapi, akhirnya aku punya ide!
Pekerjaan rumah itu saja yang dijadikan bahan bermain dan belajar bersama mereka !!!!

Mungkin kalian agak bingung ya friends.... :)
Kalian mungkin sudah baca tulisanku sebelumnya, bahwa kadang orangtua itu perlu sedikit kreatif untuk pendekatan dengan dunia anaknya. Sudah baca belummmmm...? Kalau belum coba intip sebentar disini yaaaa....

Pekerjaan ibu rumah tangga sebenarnya ya itu-itu saja, tapi satu kali saja tertunda, akibatnya langsung menumpuk di keesokan harinya dan seterusnya.
Menyapu, mengepel lantai, mencuci baju, menyetrika, memasak, mencuci piring, dll...itu pekerjaan seorang ibu yang dikerjakan setiap harinya.
Banyak juga ya....kata siapa ibu rumah tangga itu pengangguran...justru pekerjaannya tiada habisnya, dan tidak pasti jam kerjanya! :D

Begini contoh pengalamanku selama ini....
Anak-anak minta aku ikut bermain, pada saat aku :

* Memasak dan mencuci piring
   Aku mengajak mereka bermain restoran-restoranan. Mamanya ini sebagai koki, Livia kadang jadi
   pelayan restoran yang mencatat pesanan dan adiknya jadi pembeli. Tentunya makanan yang
   dikirimkan ke meja 'pembeli' menggunakan properti mainan anakku. Atau bisa juga acara kontes
   memasak Masterchef di salah satu stasiun televisi menjadi ideku berikutnya. Karena kebetulan
   anakku suka sekali nonton acara itu. Aku menjadi kontestannya, Livia menjadi juri yang menilai
   masakanku. Kadang kami pun bertukar peran, tapi Livia menggunakan mainannya alias makanan
   bo'ongan.
   Kadang mereka minta menggunakan peralatan dapur yang asli, karena ingin seperti mama
   katanya. Ya sudahlah, aku pinjamkan beberapa alat dapur yang tidak berbahaya, seperti cobek,
   mangkok dari bahan melamin dll yang aman untuk anak-anak. Kalau pisau jangan ya
   friends...karena itu berbahaya sekali, jadi pakai pisau mainan sajalah....


* Menyapu dan mengepel lantai
   Kalau ini, aku bertindak sebagai karyawan hotel yang membersihkan ruangan, sedangkan Livia jadi
   bagian resepsionis atau tamu hotelnya. Kadang, Livia ingin bertukar peran, dia yang jadi OB nya,
   sedangkan aku sebaliknya. Secara tidak langsung dia belajar mengerjakan pekerjaan rumah,
   supaya nanti bisa bantu-bantu mamanya. Kalau si kecil, biasanya berperan sebagai
   tamu hotelnya sambil membawa tas yang pura-puranya berisi baju...hehe.



* Mencuci, melipat, dan menyetrika baju
   Sudah pasti loundry-loundry-an, yang kami mainkan untuk menyelesaikan pekerjaan ini. Biasanya
   Livia jadi penerima order, sedangkan aku jadi buruh yang mengerjakan semuanya. Biasanya
   setelah kering dijemur, baju kulipat terlebih dahulu dan kusimpan di keranjang untuk pakaian yang
   akan disetrika keesokan harinya. Pada saat melipat itu, biasanya si kecil Rafa jadi karyawan
   bagian setrika, aku melipat, dan Livia bagian pengiriman.
   Mengirimnya dengan menggunakan sepeda mainan adiknya, dan pura-puranya dikirim ke rumah
   pelanggan, padahal ya masuk keranjang itu tadi...hehe.



Kalau ingin browsing internet, supaya tidak dikomplain anak sulungku, aku mengajak mereka bermain kantor-kantoran. Atau bisa juga main hotel-hotelan. Biasanya mereka minta berganti peran, ya kadang aku harus mengalah juga untuk berhenti sejenak main internetnya...hehe.


Begitulah friends...cara sederhana yang kugunakan untuk menyiasati kondisi di rumahku. Karena kalau tidak begitu, tidak ada pekerjaan yang bisa selesai. Atau sebaliknya, pekerjaan beres tapi aku tidak bisa menemani anak-anak bermain, dan bisa membuat mereka kecewa. Dan sebagai ibunya, tentu tidak tega melihat mereka sedih. Karena satu hal yang benar-benar harus kita sadari adalah : mereka masih anak-anak, masih butuh waktu yang banyak untuk bermain, butuh perhatian dari orangtuanya. Salah satunya partisipasi kita untuk bermain bersama. 

Ada lagi yang perlu kutegaskan friends...untuk pendekatan dan menyelami dunia mereka, kadang kita perlu sedikit kreatif dan sedikit 'gila'. Yang kumaksud gila disini, bukan arti sebenarnya lho ya...! Contohnya, kita berperan sebagai guru, atau sebagai koki, atau pelayan, dll...kita harus benar-benar agak 'gila' dalam memainkannya. Kalau tidak, mereka akan bosan dan tujuan kita untuk bersenang-senang dengan mereka tidak akan terpenuhi. 

Ya, semoga pengalamanku ini bisa menjadi ide buat ibu-ibu yang selama ini kesulitan membagi waktu antara pekerjaan rumah dan bermain bersama anaknya. Ini hanya contoh pengalamanku saja, kalian bisa lebih kreatif lagi dalam mencari ide.
Dan satu hal lagi yang baru aku sadari akhir-akhir ini.....dengan cara bermain kami di atas tadi, anak-anak jadi tahu pekerjaan rumah! 

Jadi, hak mereka untuk mendapatkan pendidikan terpenuhi. Hak mereka bermain terpenuhi. Hak untuk didengarkan pendapatnya juga terpenuhi.
Bermanfaat sekali kan friends.... :)

Have a nice day friends..... 



Baca artikel ini juga friends :
http://otaktengahindonesia.com/artikel_pentingnya-bermain-untuk-anak.html
http://www.ayahbunda.co.id/Artikel/Balita/Bermain+dan+Permainan/ayah.bermain.dengan.anak.perempuannya/001/003/237/1
http://www.metrojambi.com/v1/home/properti/16351-sediakan-ruang-bermain-untuk-anak.html