Pagi ini kami sibuk menyiapkan bingkisan kue untuk ater-ater ke tetangga dan saudara dekat.
Zaman modern seperti sekarang ini mungkin banyak yang tidak tahu tradisi ini, apalagi yang rumahnya berada di lokasi perumahan elite, karena di lokasi perumahan mewah jarang sekali, bahkan mungkin tidak ada yang melakukan tradisi ini.
Tapi bagi keluargaku, yang rumahnya di kampung, ini sudah jadi kebiasaan yang masih sulit untuk dihentikan. Saat Lebaran, tetangga dan saudara yang merayakan datang ke rumah kami mengirim makanan berupa kue atau nasi. Pada saat Natal, kami yang ganti membalas kiriman tersebut. Tapi sekarang ini sudah banyak sekali yang meninggalkan tradisi ini. Karena untuk ater-ater ini memang butuh biaya yang lumayan besar, banyak yang merasa tidak mampu lagi untuk melaksanakan tradisi ini. Kadang aku juga merasa seperti itu, tapi kami sekeluarga tinggal di rumah orangtua, dan aku merasa 'harus' tetap melaksanakan tradisi tersebut karena masih 'membawa' nama mereka, walaupun mama sudah tiada. Entah sampai kapan tradisi ini akan berlanjut, mungkin tidak ya sampai cucu-cucuku nanti....hehehe.
Menyiapkan hidangan untuk ater-ater ini pun cukup menarik perkembangannya.
Saat aku masih kecil, ater-ater masih memakai rantang atau piring, kemudian ditaruh di nampan. Aku sebagai anak satu-satunya, kebagian tugas keliling kampung dari rumah ke rumah mengirim makanan tersebut. Sampai di rumah yang dituju, oleh pemilik rumah nampan berisi makanan itu dibawa masuk untuk diganti di tempat makannya sendiri, sedangkan aku menunggu di ruang tamu. Waktu yang dibutuhkan agak lama, karena seorang anak kecil membawa nampan berisi piring atau rantang lumayan berat kan...? Jadi jalannya tidak bisa cepat. Kemudian sampai disana masih harus menunggu makanan diganti tempatnya lagi. Waduuuhhh...kalian bisa bayangkan friends? Bisa seharian ! Makanya aku dulu sempat agak malas kalau disuruh ater-ater, karena sudah terbayang betapa capeknya.... :)
Seiring berjalannya waktu...orang mulai berpikir praktis.
Ater-ater tidak lagi menggunakan nampan atau rantang, tapi menggunakan kemasan kerdus. Lebih praktis dan lebih cepat!
Mamaku dulu sukanya ater-ater berupa nasi kotak, atau kue-kue basah yang ditaruh di dalam kerdus. Setiap tahun bergantian itu-itu saja...aku jadi bosan, karena aku ini tipe yang suka berkreasi. Tapi mau merubah kebiasaan itu tidak bisa, yaaa....karena aku harus menghargai keputusan dan keinginan mama. Setelah mama meninggal, baru aku berani mengganti menu ater-ater itu (maaf ya Ma....). Ide mama bukannya jelek, tapi aku ingin setiap tahunnya berbeda.
Aku membeli kue kering dalam kemasan kardus, aku bungkus dengan plastik kado lalu di atasnya aku beri pita. Kemudian di tahun berikutnya aku beli kue kering kemasan kaleng, kemudian aku beri pita. Dan yang tahun ini aku memberi bingkisan berupa kue chiffon, kemudian aku beri pita mungil dan cantik di atasnya. Sederhana tapi cantik kan friends...... :)
Tahun depan mau ater-ater apalagi yaaaa.....????
hahahahaha....jangan dipikir sekarang deh, bisa pusing aku!
Semoga Tuhan melimpahi keluargaku dengan rejeki yang cukup, sehingga kami bisa berbagi kebahagiaan dengan orang-orang di sekitar kami. Amiiiiinnnn....
Baca juga artikel terkait ini :
http://ibu.wanakalapa.com/2010/08/10/kenangan-ramadhan-weweh/
http://sosbud.kompasiana.com/2010/03/14/evolusi-menu-dalam-tradisi-ater-ater/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar