God Bless all of you.... :)
Senangnya suasana Natal,meriah dimana-mana.
Saudara dan tetangga berdatangan ke rumah, anak-anakku senangnya bukan main! Karena rumah yang berpenghuni cuma 5 orang jadi lebih ramai daripada biasanya....hehe.
Kali ini aku ingin bercerita tentang pohon cemara yang menjadi Pohon Natal atau Christmas Tree.
Setiap akan merayakan Natal, kita sekeluarga selalu sibuk menyiapkan perayaan dengan penuh sukacita. Termasuk menghias pohon Natal. Tapi, sebenarnya kalian tahu tidak, bagaimana sih sejarahnya pohon cemara itu jadi icon Natal? Kenapa bukan pohon-pohon yang lain?
Ternyata, begini ceritanya friends....
Ada seseorang yang bernama Winfrid. Dia dilahirkan sekitar tahun 680 di Devonshire, Inggris. Pada usia lima tahun, ia ingin menjadi seorang biarawan. Dua tahun kemudian ia masuk sekolah biara dekat Exeter. Pada usia empatbelas tahun, ia masuk biara di Nursling dalam wilayah Keuskupan Winchester. Dia dikenal sebagai seorang yang giat belajar dan berpengetahuan luas.
Pada
waktu itu, sebagian besar penduduk Eropa utara dan tengah masih belum
mendengar tentang Kabar Gembira. Winfrid memutuskan untuk menjadi
seorang misionaris bagi mereka. Setelah satu perjuangan singkat, ia
mohon persetujuan resmi dari Paus St. Gregorius II. Bapa Suci
menugaskannya untuk mewartakan Injil kepada orang-orang Jerman. Dan pada waktu itulah Winfrid mengubah namanya menjadi St.Bonifasius.
“Di sini,” St. Bonifasius berseru sembari mengacungkan tongkat uskup berlambang salib di atasnya, “di sinilah pohon oak Kilat; dan di sinilah salib Kristus akan mematahkan palu sang dewa kafir Thor.”
Di depan pohon oak itu ada api unggun yang sangat besar. Percikan-percikan apinya menari-nari di udara. Warga desa mengelilingi api unggun menghadap ke pohon keramat. St. Bonifasius menyela pertemuan mereka, “Salam, wahai putera-putera hutan! Seorang asing mohon kehangatan api unggunmu di malam yang dingin.” Sementara St. Bonifasius dan para pengikutnya mendekati api unggun, mata orang-orang desa menatap orang-orang asing ini. St. Bonifasius melanjutkan, “Aku saudaramu, saudara bangsa German, berasal dari Wessex, di seberang laut. Aku datang untuk menyampaikan salam dari negeriku, dan menyampaikan pesan dari Bapa-Semua, yang aku layani.”
Hunrad atau Pendeta Dewa Thor memimpin para pengikutnya memanjatkan puji-pujian kepada Dewa Thor.Ketika suara-suara itu telah reda, Hunrad mengumumkan, “Tak satu pun dari hal-hal ini yang menyenangkan dewa. Semakin berharga persembahan yang akan menghapuskan dosa-dosa kalian, semakin berharga embun merah yang akan memberi hidup baru bagi pohon darah yang keramat ini. Thor menghendaki persembahan kalian yang paling berharga dan mulia.”
Kemudian Hunrad menghampiri anak-anak, yang dikelompokkan tersendiri di
sekeliling api unggun. Ia memilih seorang anak laki-laki yang paling
elok, Asulf, putera Duke Alvold dan Thekla. Anak itu akan dikurbankan untuk pergi ke Valhalla guna
menyampaikan pesan rakyat kepada Thor. Orang tua Asulf terguncang hebat.
Tetapi, tak seorang pun berani berbicara.
Hunrad
menggiring anak itu ke sebuah altar batu yang besar antara pohon oak
dan api unggun. Ia mengenakan penutup mata pada anak itu dan menyuruhnya
berlutut dan meletakkan kepalanya di atas altar batu. Orang-orang
bergerak mendekat, dan St. Bonifasius menempatkan dirinya dekat sang
pendeta. Hunrad kemudian mengangkat tinggi-tinggi palu dewa Thor keramat
miliknya yang terbuat dari batu hitam, siap meremukkan batok kepala
Asulf yang kecil dengannya. Sementara palu dihujamkan, St. Bonifasius
menangkis palu itu dengan tongkat uskupnya sehingga palu terlepas dari
tangan Hunrad dan patah menjadi dua saat menghantam altar batu. Suara
decak kagum dan sukacita membahana di udara. Thekla lari menjemput
puteranya yang telah diselamatkan dari kurban berdarah itu lalu
memeluknya erat-erat.
St.
Bonifasius, dengan wajahnya bersinar, berbicara kepada orang banyak,
“Dengarlah, wahai putera-putera hutan! Tidak akan ada darah mengalir
malam ini. Sebab, malam ini adalah malam kelahiran Kristus, Putera Bapa
Semua, Juruselamat umat manusia. Ia lebih elok dari Baldur yang Menawan,
lebih agung dari Odin yang Bijaksana, lebih berbelas kasihan dari Freya
yang Baik. Sebab Ia datang, kurban disudahi. Thor, si Gelap, yang
kepadanya kalian berseru dengan sia-sia, sudah mati. Jauh dalam
bayang-bayang Niffelheim ia telah hilang untuk selama-lamanya. Dan
sekarang, pada malam Kristus ini, kalian akan memulai hidup baru. Pohon
darah ini tidak akan menghantui tanah kalian lagi. Dalam nama Tuhan, aku
akan memusnahkannya.” St. Bonifasius kemudian mengeluarkan kapaknya
yang lebar dan mulai menebas pohon. Tiba-tiba terasa suatu hembusan
angin yang dahsyat dan pohon itu tumbang dengan akar-akarnya tercabut
dari tanah dan terbelah menjadi empat bagian.
Di
balik pohon oak raksasa itu, berdirilah sebatang pohon cemara muda,
bagaikan puncak menara gereja yang menunjuk ke surga. St. Bonifasius
kembali berbicara kepada warga desa, “Pohon kecil ini, pohon muda hutan,
akan menjadi pohon kudus kalian mulai malam ini. Pohon ini adalah pohon
damai, sebab rumah-rumah kalian dibangun dari kayu cemara. Pohon ini
adalah lambang kehidupan abadi, sebab daun-daunnya senantiasa hijau.
Lihatlah, bagaimana daun-daun itu menunjuk ke langit, ke surga. Biarlah
pohon ini dinamakan pohon kanak-kanak Yesus; berkumpullah di
sekelilingnya, bukan di tengah hutan yang liar, melainkan dalam rumah
kalian sendiri; di sana ia akan dibanjiri, bukan oleh persembahan darah
yang tercurah, melainkan persembahan-persembahan cinta dan kasih.”
Maka,
mereka mengambil pohon cemara itu dan membawanya ke desa.
Duke Alvold
menempatkan pohon di tengah-tengah rumahnya yang besar. Mereka memasang
lilin-lilin di dahan-dahannya, dan pohon itu tampak bagaikan dipenuhi
bintang-bintang. Lalu, St. Bonifasius dan Hunrad duduk di bawah
kakinya, menceritakan kisah kelahiran Yesus Kristus. Semuanya mendengarkan dengan takjub.
Si
kecil Asulf, duduk di pangkuan ibunya, berkata, “Mama, dengarlah, aku
mendengar para malaikat itu bernyanyi dari balik pohon.” Sebagian orang
percaya apa yang dikatakannya benar; sebagian lainnya mengatakan bahwa
itulah suara nyanyian yang dimadahkan oleh para pengikut St. Bonifasius,
“Kemuliaan bagi Allah di tempat Mahatinggi, dan damai di bumi; rahmat
dan berkat mengalir dari surga kepada manusia mulai dari sekarang sampai
selama-lamanya.”
(diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin The Arlington Catholic Herald)Nahhhhh....itu ceritanya friends!
Mulai sekarang, kalau sedang menghias Pohon Natal, jangan lupa mengucapkan terimakasih pada St. Bonifasius ya. Karena berkat dia, kita punya pohon yang sangat indah untuk merayakan kelahiran Sang Juru Selamat!
Selamat menikmati liburan friends...dan,
Semoga Natal tahun ini memberikan kebahagiaan dan kedamaian bagi kita semua...amen.
Baca ini juga friends :
http://yesaya.indocell.net/id658.htm
http://liputankita.com/artikel-liputankita/sejarah-pohon-natal-pohon-natal-hanyalah-sekedar-hiasan-liputankita.html
http://jecknyo.blogspot.com/2012/12/pohon-cemara-pohon-natal-kenapa.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar